Tauhid dan Dinamika Peradaban Dunia

OLEH: HASANUDDIN

Demikianlah semesta ini merupakan karya cipta dari Yang Maha Agung, Yang tidak memerlukan bantuan siapa-siapa dalam mencipta;  tidak memerlukan pemikiran, pertimbangan, usul dan saran dalam mencipta. Sebab itu pastilah hanya satu yang demikian itu. Dia menjadi tidak istimewa, tidak agung, jika ada yang menyerupai atau menyamainya. Sesuatu yang memiliki keserupaan, kita anggap biasa saja. Tidak istimewa, sebab itu tidak diagung-agungkan.

Dari Dzat Yang Maha Agung inilah khazanah segala sesuatunya berada, eksis dalam Dzat-Nya, melalui diri-Nya, dan senantiasa bersama-Nya. Segala sesuatu selain diri-Nya, pastilah Dia yang telah menciptakannya. Demikianlah yang masuk akal bagi mereka yang memiliki logika berpikir yang benar.

Dalam rentang sejarah peradaban manusia Dia Yang Esa, telah dipersepsi dalam aneka macam pemahaman yang membentuk konsepsi, hingga ideologi. Ada konsepsi yang benar, karena dibangun dari logika yang benar, dan sebaliknya muncul berbagai konsepsi yang keliru karena dibangun dari logika yang keliru.

Sesuai dengan eksistensi Yang Maha Agung, sebagai satu-satunya, tidak ada duanya, tunggal. Maka logika pemikiran yang benar, adalah yang dibangun berdasarkan fakta dan realitas yang demikian. Sebaliknya semua cara pandang yang tidak sesuai realitas faktual mestilah keliru. Namun demikian, tidaklah mungkin akan terjadi suatu proses dinamika jika cara pandang semuanya sama.

Karena itu, jika Yang Maha Agung menghendaki terjadinya dinamika dalam proses kehidupan makhluk-Nya, maka tentulah Dia akan menciptakan perbedaan-perbedaan cara pandang dalam memahami diri-Nya, sebagai realitas faktual. Sebab itu sebagaimana firman-Nya:

Lihat juga...