Petambak Lamsel Panen Parsial untuk Minimalisir Kerugian
Editor: Makmun Hidayat
Proses panen parsial sebut Sumarso juga dilakukan menjaga kondisi air tambak. Sebab populasi udang vaname yang tinggi bisa berpotensi meningkatkan limbah pakan. Pengurangan populasi udang berpotensi mengurangi pemberian pakan dan mempercepat pertumbuhan udang kecil. Ruang gerak yang lebih luas menjaga udang agar tidak stres, pakan bisa hemat.
“Petambak juga bisa menjual udang yang sudah layak konsumsi tanpa harus menunggu lebih lama,” cetusnya.
Panen parsial saat penghujan juga jadi pilihan bagi Sumarso. Kadar air tawar yang tinggi membuat pertumbuhan udang vaname terganggu. Selain itu imbas limpasan Sungai Way Sekampung yang memasuki fase lima tahunan masuk ke area tambak. Sebagian udang lolos ke kanal imbas limpasan air yang sama dengan permukaan tambak. Pemasangan jaring jadi pilihan agar udang tetap ada di petak tambak.
Suharso, pengepul udang vaname di Desa Bandar Agung menyebut manajemen panen parsial jadi pilihan petambak. Satu periode budidaya petambak kerap melakukan dua kali bahkan tiga kali panen. Satu kali panen parsial dan puncaknya satu kali panen total. Rata rata satu hektare tambak bisa menghasilkan dua ton udang dengan sistem intensif.
“Sistem tradisional membuat petambak bisa mendapat hasil minimal satu ton sesuai pemberian pakan, pemeliharaan,” terangnya.
Saat panen parsial petambak kerap mengirim kepadanya sebanyak dua kuintal. Satu kilogram udang vaname ukuran 50 ekor per kilogram sebutnya dibeli seharga Rp60.000. Semakin besar ukuran harga bisa mencapai Rp100.000 hingga Rp110.000 per kilogram. Hasil panen parsial petambak menjadi pasokan bagi pasar tradisional. Hasil panen total berukuran lebih besar digunakan untuk kebutuhan restoran.