Pentas Wayang Kontemporer Berbahan Pelat Sosialisasikan Vaksinasi

Lakon carangan “Pendowo Gumolong” (Pandawa Manunggal atau Bersatu) dikisahkan sang dalang sebagai upaya para penguasa pemerintahan menggalang kebersamaan dengan masyarakat yang disimbolkan panawakan, dalam mengatasi pagebluk.

Sosok yang digambarkan sebagai virus berupa para buta atau raksasa, sedangkan situasi serba sulit karena dampak pagebluk dikisahkan dalang pada babak goro-goro berupa dialog panakawan. Mereka kemudian menyimak penjelasan para kesatria Amarta (simbol pemerintah) tentang upaya mengatasi pagebluk dengan vaksinasi.

Peperangan antara para kesatria melawan raksasa, kata Sih Agung, usai pementasan, selama sekitar 1,5 jam di panggung terbuka dan artistik Studio Mendut itu, melambangkan upaya bersama-sama seluruh komponen masyarakat dan pemerintah untuk mengatasi pandemi melalui vaksinasi COVID-19.

Jono Keron mengaku selama sekitar tiga bulan terakhir membuat karya kreatif berupa wayang dari bahan baku pelat. Hingga saat ini, ia sudah membuat 114 tokoh wayang dari pelat. Sebagian lainnya karya itu dipasang untuk instalasi seni salah satu tempat wisata baru di kawasan Salaman, Kabupaten Magelang.

Budayawan Sutanto Mendut mengemukakan karya wayang dari pelat itu bagian dari proses perjalanan panjang Komunitas Lima Gunung selama ini, melalui berbagai karya seni, budaya dan kekuatan desa menjaga tradisi budaya serta berkesenian.

“Ini salah satu perjalanan Komunitas Lima Gunung yang tidak diduga. Dalam kebudayaan ada super dimensi manusia, otak bekerja, ada hati dan keikhlasan. Ada belajar di alam,” katanya.

Pada kesempatan itu, ia antara lain juga mengemukakan tentang situasi terkait dengan pandemi COVID-19 dan cara masyarakat desa dan gunung di daerah itu menyikapi dengan nilai-nilai kearifan lokalnya.

Lihat juga...