Mata Rantai Jasa Sokong Sektor Perikanan Budidaya di Lamsel
Editor: Makmun Hidayat
LAMPUNG — Komoditas udang vaname, udang windu, ikan nila dan udang jadi usaha sektor perikanan budidaya di Lampung Selatan. Berbagai komoditas bahan pangan yang tersaji di meja tidak bisa lepas dari mata rantai jasa pendukung.
Mata rantai jasa sektor budidaya yang vital tersebut diakui Susilo, pemilik tambak di Desa Bandar Agung, Kecamatan Sragi.
Luasan lahan tambak udang, ikan di pesisir timur Lamsel tersebut mencapai ribuan hektare. Penyerapan tenaga kerja sektor jasa ungkap Susilo jadi mata rantai penyokong budidaya perikanan sejak puluhan tahun silam. Sistem pertambakan tradisional melahirkan sejumlah usaha pendukung berskala kecil. Ia menyebut sejak penebaran benur, perawatan hingga panen tenaga kerja diperlukan.
Jasa yang dibutuhkan pada sektor perikanan budidaya menjadi sumber ekonomi. Pembelian benur memberi keuntungan bagi penyedia jasa hatchery (pembenihan) udang dan bandeng. Jarak puluhan kilometer lokasi tambak dan hatchery memberi peluang usaha bagi jasa ekspedisi. Jasa ekspedisi akan mendapat upah dari pengiriman benur hingga ke lokasi tambak.
“Semua jasa yang diperlukan masuk dalam biaya operasional yang vital untuk kelancaran usaha pertambakan, terlebih lokasi tambak kerap berada jauh dari akses jalan utama sehingga butuh jasa ojek untuk mengantar benur ke lahan tambak,” terang Susilo saat ditemui Cendana News, Selasa (2/3/2021).
Usai proses penebaran benur, Susilo yang juga memiliki pekerjaan lain membutuhkan pekerja. Pekerja yang membantu budidaya udang vaname kerap disebut anak kolam. Tugas yang diberikan berupa pemberian pakan udang, pembersihan residu pakan, pengaturan sirkulasi. Siklus selama 100 hari budidaya peran anak kolam penting untuk kesuksesan produksi.