Aktivis: Literasi Keberagamaan Langkah Melawan Radikalisme dan Intoleransi
PONOROGO — Aktivis gerakan literasi yang juga Ketua STKIP PGRI Ponorogo Dr Sutejo, MHum mengemukakan pentingnya literasi keberagamaan di Indonesia untuk melawan gerakan fundamentalisme, radikalisme dan intoleransi beragama.
“Ke depan, gerakan literasi seperti di ISNU Ponorogo ini diharapkan mampu menciptakan kebudayaan berkeadaban. Semoga bisa menjadi inspirasi gerakan literasi NU secara nasional,” katanya pada peluncuran dua buku “Nalar Kritis Keberagamaan: Menguatkan Ruh dan Hakikat Beragama” dan “Berislam dengan Kemanusiaan: Telaah Teologis, Filosofis, dan Sosiologis Indonesia” di Ponorogo, Jawa Timur, Minggu (28/3/2021).
Penggagas Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Ponorogo yang juga mantan Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Ponorogo ini mengatakan bahwa literasi itu merupakan jalan pemahaman.
“Literasi juga menjadi jalan pemecahan atas persoalan hidup. Jika ini ditempuh, maka orang yg berliterasi keagamaan, dijamin akan moderat. Orang itu radikal karena mereka kurang literat, satu tafsir, menutup tafsir lainnya,” kata doktor sastra yang telah melahirkan puluhan judul buku berbagai tema ini.
Sutejo yang sebagai salah penasihat ahli di ISNU Ponorogo ini mengaku senang dengan geliat literasi di kalangan NU Ponorogo, khususnya pilar intelektual mudanya.
Direktur Institut for Javanese Islam Research (IJIR) Akhol Firdaus sebagai pembedah buku mengatakan gerakan literasi membawa misi profetik untuk melakukan pembebasan terhadap gejala kesadaran palsu yang hidup di tengah masyarakat modern.