Ribuan Orang di Myanmar Turun ke-Jalan Memprotes Kudeta
Junta Myanmar telah mencoba membungkam perbedaan pendapat dengan memblokir sementara Facebook, Twitter dan Instagram pada Sabtu (6/2/2021), untuk menghadapi gerakan protes yang berkembang. Perusahaan telepon seluler Norwegia, Telenor Asa menyebut, pihak berwenang memerintahkan penyedia layanan internet untuk tidak memberikan akses bagi Twitter dan Instagram, sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Permintaan untuk layanan VPN telah melonjak di Myanmar. Layanan tersebut memungkinkan segelintir orang masih bisa mengakses media sosial, yang dilarang junta. Namun, para pengguna VPN melaporkan gangguan pada layanan data seluler, yang diandalkan sebagian besar orang di negara berpenduduk 53 juta itu, untuk mendapatkan berita dan berkomunikasi.
Sejak kudeta, Suu Kyi tidak terlihat di depan umum. Pengacara Suu Kyi dan Presiden Win Myint menyebut, kedua kliennya itu ditahan di rumah mereka. Ia mengaku tidak bisa menemui Suu Kyi dan Win Myint, karena mereka masih diinterogasi.
Suu Kyi, menghadapi dakwaan mengimpor enam walkie-talkie secara ilegal, sementara Win Myint, dituduh melanggar pembatasan virus corona. “Tentu saja, kami menginginkan pembebasan tanpa syarat karena mereka tidak melanggar hukum,” kata Khin Maung Zaw, pengacara veteran yang mewakili keduanya. Suu Kyi (75), pada masa lalu menghabiskan sekitar 15 tahun di dalam tahanan rumah, selama perjuangan melawan junta militer sebelum transisi demokrasi, yang bermasalah, dimulai pada 2011. (Ant)