Pertumbuhan Ekonomi Sulsel Minus 4,98 Persen
MAKASSAR – Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan pada kuartal IV 2020, mengalami kontraksi sebesar minus 4,98 persen, bila dibandingkan dengan kuartal III (q to q).
Kepala BPS Sulsel, Yos Rusdiansyah, mengatakan kontraksi ekonomi Sulsel ini disebabkan oleh komponen ekspor yang mengalami kontraksi minus 3,90 persen, sedangkan komponen impor sebagai pengurang, malah tumbuh hingga 137,60 persen.
“Jika kita melihat siklus pertumbuhan ekonomi mulai kuartal pertama hingga kuartal ke empat, puncak pertumbuhan ada di kuartal ke tiga dengan angka pertumbuhan 8,16 persen. Sementara di kuartal ke empat kembali kontraksi minus 4,98 persen,” ujarnya di Makassar, Jumat (5/2/2021).
Yos Rusdiansyah mengatakan, puncak ekonomi Sulsel di masa pandemi Covid-19 itu berada pada kuartal III dengan 8,16 persen, karena pada waktu terjadi siklus pertanian dan kelautan yang berada pada puncaknya.
Dia menyatakan, Sulsel mengandalkan sektor pertanian dan perikanan. Pada kuartal ke tiga itu, menjadi puncak panen dan tangkap ikan untuk ke dua sektor tersebut, sehingga kontribusinya pada pertumbuhan ekonomi cukup positif.
“Sektor pertanian dan perikanan punya porsi yang cukup besar dalam ekonomi Sulsel, sehingga pola atau siklus pertanian juga mempengaruhi ekonomi tersebut di kuartal empat ini,” katanya.
Yos menerangkan, faktor musiman beberapa komoditas pertanian yang mengalami penurunan produksi, sehingga pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami turun 25,01 persen.
Selain pertanian, lapangan usaha yang juga mengalami kontraksi antara lain pertambangan dan penggalian (-9,29 persen), perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor (-8,82 persen), serta real estat (-1,86 persen).