Pendampingan Orangtua Kendala Terbesar PJJ Tingkat Dikdasmen

Editor: Makmun Hidayat

SEMARANG — Pandemi Covid-19, memaksa dunia pendidikan dilaksanakan secara daring, melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ). Kebijakan tersebut diterapkan di seluruh jenjang pendidikan, termasuk pendidikan dasar menengah (Dikdasmen), hingga perguruan tinggi.

“Jika awal-awal pelaksanaan PJJ, persoalan terjadi pada koneksi internet, ketersediaan kuota, hingga kebutuhan gadget sebagai media dalam pelaksanaan pembelajaran. Maka saat ini, persoalannya ada pada pendampingan orang tua, khususnya untuk jenjang Dikdasmen,” papar Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jateng, Dr Muhdi SH MHum, saat ditemui di kantor tersebut, Semarang, Kamis (11/2/2021).

Dipaparkan, seiring waktu dengan kesibukan masing-masing, termasuk tuntutan pekerjaan, membuat orang tua tidak bisa mendampingi anak atau siswa, dalam pelaksanaan PJJ.

“Ada juga orang tua yang bisa mendampingi, namun mereka tidak bisa mengikuti atau mengerti mengenai materi yang diberikan oleh guru. Tugasnya memang cukup berat, karena orang tua ikut terlibat untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan pembelajaran yang diberikan. Persoalannya, tidak semua orang tua bisa,” lanjutnya.

Jika hal tersebut terus berlangsung, tanpa ada solusi, bisa dipastikan kekhawatiran tentang generasi yang hilang atau lost generation, akibat pandemi Covid-19 bisa saja terjadi.

“Siswa di rumah tidak ada yang mendampingi, materi yang diberikan guru tidak bisa dipahami, akibatnya ya sudah, mereka seakan tidak sekolah. Tugas yang diberikan tidak dikerjakan, karena tidak mengerti. Ini menjadi keterbatasan dalam PJJ, yang harus dicari solusinya,” tambahnya.

Muhdi pun mendorong agar dilaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM), dengan menerapkan pembatasan ketat.

Lihat juga...