Memanfaatkan Limbah RPH untuk Pakan Magot
Editor: Makmun Hidayat
YOGYAKARTA — Seorang pemuda asal Dusun Krembangan I, Krembangan, Panjatan, Kulon Progo, mampu memanfaatkan limbah Rumah Potong Hewan (RPH) berupa ayam tiren serta sisa jeroan ayam menjadi uang jutaan rupiah setiap bulannya.
Dia adalah Nanda Eka Saputra (25). Lelaki yang merupakan lulusan sekolah Hukum ini, rutin mengumpulkan sampah atau limbah RPH yang berada tak jauh dari rumahnya untuk dimanfaatkan sebagai pakan usaha budidaya magot miliknya.

Siapa sangka, hanya dalam kurun waktu singkat yakni kurang dari 6 bulan, ia sudah mampu menghasilkan pendapatan bersih mencapai Rp2 juta setiap bulannya.
“Saya mulai usaha budidaya magot sejak Agustus 2020 lalu. Selain potensinya menggiurkan, magot juga sangat mudah dibudidaya, serta minim biaya karena hanya memanfaatkan sampah organik sebagai pakannya,” katanya saat ditemui Cendana News belum lama ini.
Memanfaatkan kandang berukuran sekitar 8×10 meter persegi, Nanda membudidayakan magot atau larva lalat Black Soldier Fly (BSF) ini sebagai pakan ternak alternatif baik itu ternak ayam, bebek, ikan, burung dsb. Selain menjual magot fressh ja juga menjual magot dalam bentuk telur maupun pupa atau kepompong.
“Magot fress saya jual Rp8.000 per kilogramnya. Telurnya Rp5.000 per gram. Sedangkan pupa-nya Rp50.000 per kilogram. Pemasarannya langsung ke peternak maupun penghobi di sejumlah daerah seperti Bantul, Jogja hingga Sleman,” katanya.
Karena pakan magot berasal dari limbah organik, Nanda pun tak perlu mengeluarkan biaya pakan sama sekali. Setiap dua-tiga hari sekali ia hanya perlu datang ke RPH yang berada tak jauh dari rumahnya untuk mengambil limbah berupa ayam tiren maupun jeroan sisa pemotongan hewan secara gratis.