Hajatan di Banyumas Diperbolehkan, Harga Telur Terangkat Naik
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Meskipun terus mengalami kerugian, namun peternak telur di Kabupaten Banyumas masih berusaha untuk terus bertahan, sambil menunggu kondisi membaik.
“Saat kondisi merugi sudah sampai puncak, kita terbantu dengan adanya program bantuan sosial dari pemerintah yang salah satunya adalah telur. Sehingga telur produksi kita banyak yang terserap untuk bansos tersebut dan hal ini sedikit meringankan,” tuturnya.
Hal lain yang juga mempengaruhi harga telur yaitu distribusi yang terganggu. Darwo mencontohkan, untuk pengiriman telur ke Jakarta sempat terhenti karena pemberlakuan PPKM. Akibatnya, telur di Banyumas tidak bisa keluar dan stok membludak, sehingga harga telur terus terjun bebas.
Momen lain yang diharapkan mampu mengangkat harga telur yaitu masa pendaftaran anak sekolah ataupun pendaftaran masuk perguruan tinggi juga tidak akan sesuai dengan harapan. Mengingat, pada masa pandemi ini pendaftaran banyak dilalukan secara online.
“Kalau masa pendaftaran sekolah, banyak orang luar kota yang berdatangan dan konsumsi telur juga meningkat. Tetapi untuk tahun ini, kelihatannya tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, karena sampai sekarang masih sepi,” tuturnya.
Bahkan untuk momentum puasa ataupun lebaran pada bulan-bulan mendatang, Darwo Sukarso mengaku tidak berani untuk terlalu berharap.
Manager Putra Jaya Farm, peternakan ayam di Kecamatan Sumbang, Suryati mengatakan, pihaknya terpaksa merumahkan beberapa pekerja di peternakan ayam, termasuk diberlakukannya pengurangan jam kerja. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi biaya pemeliharaan, supaya peternakan bisa tetap bertahan.
“Memang tidak sampai tutup atau gulung tikar, tetapi biaya produksi harus dilakukan penghematan dan pengetatan,” pungkasnya.