Ke depan, jumlah sumur yang dibor akan terus ditingkatkan 20-30 persen per tahun.
“Harapannya, pada 2025 sampai 2030 jumlah sumur yang dibor sekitar 1.000-1.100 sumur per tahun,” katanya.
Ia optimistis karena potensi peningkatan produksi masih banyak. Dari 128 cekungan, baru 20 cekungan diproduksi dan 68 cekungan belum dieksplorasi.
Para investor juga siap meningkatkan investasi di Indonesia jika mendapatkan insentif dan stimulus yang tepat.
Jaffee mengatakan realisasi pengeboran sumur pengembangan pada 2020 sebanyak 268 sumur.
Pada 2021, SKK Migas mendorong pengeboran meningkat menjadi 616 sumur pengembangan.
“Untuk kegiatan workover ditargetkan sebanyak 615 sumur dan well service juga meningkat menjadi 26.431 sumur,” kata Jaffee.
Lifting minyak pada 2021 ditargetkan 705.000 BOPD dan gas 5,6 BSCFD.
Untuk mencapai itu, Indonesia membutuhkan investasi 250 miliar dolar AS (Rp3.528 triliun) atau 25 miliar dolar (Rp352 triliun) per tahun.
“Investasi ini mutlak dibutuhkan hulu migas untuk melakukan kegiatan eksplorasi, pengembangan, maupun produksi. Oleh karena itu, pada saat yang sama kami juga membutuhkan kepastian berusaha bagi investor,” katanya.
Dwi juga mengatakan SKK Migas telah menyiapkan empat strategi untuk mengejar target produksi tersebut.
Yakni, mempertahankan produksi-produksi yang sudah ada; percepatan sumber daya menjadi produksi; penerapan enhanced oil recovery (EOR); dan kegiatan eksplorasi yang masif.
“Keempat strategi tersebut saling terkait, sehingga semuanya harus memenuhi target yang ditetapkan,” katanya.
Sementara itu, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan pemerintah telah membuat beberapa kebijakan antara lain penurunan harga gas untuk mendorong tumbuhnya industri, pelonggaran perpajakan dan fleksibilitas sistem fiskal untuk meningkatkan daya tarik investasi migas, serta meningkatkan keekonomian pengembangan lapangan.