Reuni Keluarga Mengisi Tahun Baru, Pererat Kebersamaan

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Nilai positif dari reuni keluarga sebut Endang Kartini menghilangkan sekat perbedaan. Sebab dalam satu keluarga besar oleh perkawinan akan timbul pertalian suku, agama berbeda.

Semula merupakan keluarga bersuku Jawa, seiring berkembangnya waktu anggota keluarganya ada yang mendapat suami, istri dari suku lain. Semula beragama Islam sebagian juga memeluk Kristen Protestan, Katolik.

“Kami tetap menjaga ikatan darah kekeluargaan, memandang perbedaan sebagai hal lumrah sekaligus unik,” cetusnya.

Aditya Karyadi, sang adik menyebut sebagai bentuk kebersamaan, reuni digelar dua kali setahun. Saat usai hari raya Natal sebagian keluarga yang masih merayakan hingga tahun baru akan dikunjungi.

Suasana tahun baru Masehi yang secara nasional diperingati sebagai hari libur dimanfaatkan untuk kumpul keluarga. Tanpa sekat semua anggota keluarga melakukan reuni pengisi waktu liburan.

“Daripada mengisi waktu dengan hura hura di luar, kebersamaan keluarga sekaligus menjalin silaturahmi,” cetusnya.

Protokol kesehatan saat menggelar reuni keluarga sebutnya sangat diperhatikan. Semua anggota keluarga yang akan reuni wajib memakai masker, cuci tangan pakai sabun.

Jaga jarak dan mengganti jabat tangan memakai tangan dikatupkan jadi cara menyapa dan memberi salam. Setelah reuni, aktivitas mampir ke keluarga yang masih menikmati suasana Natal tetap dilakukan.

Suasana reuni pengisi waktu libur tahun baru juga dijalankan warga Lampung Selatan.

Agus, warga Desa Gandri, Kecamatan Penengahan menyebut tidak pergi ke objek wisata. Penutupan objek wisata sekaligus memberi kesempatan baginya berkumpul bersama keluarga besar. Suasana reuni dan kumpul keluarga jadi pengisi suasana tahun baru dan Natal yang masih dirayakan.

Lihat juga...