Pedagang Pernak-pernik Imlek Mulai Marak di Bandar Lampung

Editor: Koko Triarko

Selain menjual kue tutun, Lie Hua Kim menyebut jeruk ponkam dan buah naga dan apel kerap diburu warga. Sesuai tradisi, berbagai buah segar tersebut menjadi pelengkap untuk sembahyang kepada leluhur. Namu ia menyebut, permintaan kue tutun alami penurunan imbas pandemi Covid-19. Sebab, sejumlah vihara, tempat ibadah yang digunakan untuk merayakan imlek tidak menggelar acara berimbas kerumunan.

Sementara itu pedagang lainnya, Aliong, menyebut perlengkapan yang paling banyak dicari meliputi hio untuk sembahyang, amplop angpao, lampion, dupa dan minyak wangi. Berbagai peralatan sembahyang dijual mulai harga Rp5.000 hingga ratusan ribu rupiah.

“Penjualan lebih sepi dibanding tahun sebelumnya, terlebih ada aturan operasional tempat usaha dibatasi, jadi konsumen berkurang,” cetusnya.

Cong Sui Ni, warga Teluk Betung, menyebut tahun baru Imlek menjadi perayaan budaya. Setiap warga yang memiliki ikatan darah sebagai keturunan etnis Tionghoa kerap merayakan Imlek. Sebagai ungkapan syukur, ia kerap memberikan hadiah kiriman buah segar kepada kerabat dan kue tutun. Ia juga menyediakan juga kue tutun bagi warga yang akan berkunjung ke rumah, sekaligus memberi angpao.

“Tahun ini tidak ada open house, sebagai gantinya angpao, kue tutun dikirim via aplikasi pengiriman barang ke kerabat,” bebernya.

Mendekati Imlek, sejumlah pedagang bunga juga mulai mencoba peruntungan. Maisaroh, pedagang bunga segar jenis krisan, mawar dan sedap malam telah berjualan di depan Vihara Thay Hin Bio di Jalan Ikan Kakap. Berbagai jenis bunga kerap dibeli umat Budha yang akan bersembayang. Kebutuhan untuk berdoa bagi leluhur, dewa bagi keyakinan umat Budha menggunakan bunga mendorong peningkatan permintaan.

Lihat juga...