Permintaan Stabil Jaga Eksistensi Usaha Kecil Tungku Tanah di Lamsel
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
Kendala produsen tungku tanah liat kala penghujan sebutnya pengeringan yang terhambat. Ia kerap harus menyiapkan plastik penutup agar saat hujan turun bisa diselamatkan. Proses pengeringan menggunakan kumbung berupa rumah bambu beratapkan plastik efektif menjaga tungku cepat kering.
“Proses pembakaran butuh waktu maksimal dua hari tungku sudah matang dan siap dikirim setelah dingin,” cetusnya.
Kasiman, produsen lain di desa yang sama menyebut tungku tanah liat masih diminati. Bahan baku dari sekam yang banyak berasal dari limbah penggilingan padi mudah diperoleh dari wilayah Palas. Selain itu tanah liat dan campuran tanah biasa bisa diperoleh dari kecamatan Sragi.
“Selama bahan baku terpenuhi dan permintaan stabil produksi akan terus dilakukan memenuhi kebutuhan hidup,” cetusnya.
Usaha kecil tersebut sekaligus menjadi sumber penghasilan bagi warga sekitar. Sebab sebagian warga yang membantu menjadi buruh pembuatan tungku akan mendapat upah rata rata Rp5.000 per tungku ukuran kecil dan Rp10.000 untuk ukuran besar. P
Pembuatan tungku sekaligus jadi sarana untuk lapangan pekerjaan kala pandemi. Meski tetap bertahan ia menyebut sebagian modal diperoleh dari pinjaman dari bank. Adanya kemudahan dalam relaksasi kredit untuk angsuran sebut Kasiman membantu produsen tungku tanah liat.
Ia memastikan angsuran tetap terbayar hanya rentang waktu pelunasan telah diperpanjang. Sebagian modal yang digunakan untuk pembelian bahan baku dan upah pekerja menjadi cara agar usahanya tetap berjalan. Meski penghujan ia tetap berproduksi dengan membeli plastik penutup.
Konsumen tetap tungku tanah liat sebutnya masih membuka peluang usaha baginya. Pada masa pandemi Covid-19 ia menyebut sebagian masyarakat yang memilih berhemat memakai tungku tanah liat untuk memasak. Usaha tersebut sekaligus mendukung sejumlah usaha lain seperti pembuatan kerupuk kemplang dan kuliner di sepanjang Jalan Lintas Sumatera.