Islam, Demokrasi dan Ilmu Pengetahuan
OLEH: HASANUDDIN
ISLAM sebagai ajaran, dapat berkembang dengan baik, jika suatu masyarakat terbuka (inclusive), menghormati perbedaan pandangan, tidak ada pemaksaan dari satu atau suatu kelompok tertentu, kepada kelompok yang lain. Dan oleh karena itu, ajaran Islam sangat sesuai dengan prinsip-prinsip dasar dari demokrasi.
Dengan demikian sudah seharusnya umat Islam berdiri paling depan dalam membangun demokrasi yang sejati, yang substantif, dan tidak berhenti atau puas hanya dalam demokrasi yang prosedural semata.
Nilai-nilai dari ajaran Islam itu mengandung kebenaran. Sehingga kemajuan kemajuan ilmu pengetahuan senantiasa berkorelasi dengan nilai-nilai universal dari ajaran Islam. Dan seperti halnya nilai-nilai ajaran Islam, ilmu pengetahuan pun sangat membutuhkan iklim demokrasi dalam suatu masyarakat agar dapat berkembang dengan baik.
Dapat dikatakan bahwa semakin maju perkembangan ilmu pengetahuan, semakin substantif penerapan prinsip-prinsip dalam berdemokrasi, semakin akseptabel nilai-nilai Islam itu dalam suatu masyarakat.
Jika tesis di atas diterima, maka kita dapat menyusun variabel-variabel apa saja yang berkenaan dengan kemajuan dan sebaliknya kemunduran masyarakat atau umat Islam. Bukan semata menyusun variabel berdasarkan pengalaman kesejarahan di masa lampau, yang dalam banyak kasus justru membangkitkan romantisme semata, namun yang terpenting adalah bahwa variabel-variabel tersebut, mesti berkorespondensi dengan realitas.
Kelembutan adalah ciri utama dari seluruh ajaran Islam. Berdasarkan ciri utamanya ini, nilai-nilai dari ajaran Islam itu mengalir dari “ketiadaan” bergerak melalui kelembutan cahaya, membentuk suatu pola yang seimbang, sehingga menghasilkan keteraturan. Keteraturan inilah yang membuahkan kedamaian.