CePAD Miliki Akurasi 84 Persen untuk Mendeteksi COVID-19
JAKARTA – Alat tes cepat (rapid test) berbasis antigen, CePAD, yang merupakan inovasi dari tim peneliti Universitas Padjajaran, memiliki akurasi 84 persen untuk mendeteksi COVID-19.
“CePAD, sudah melampaui requirement (syarat) akurasi untuk tes antigen dari WHO (Badan Kesehatan Dunia),” kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Bambang PS Brodjonegoro, dalam konferensi pers virtual Perkembangan GeNose dan Rapid Test Antigen CePAD, Jakarta, Senin (28/12/2020).
CePAD, memiliki sensitivitas 85 persen dan spesifitas sebesar 83-84 persen. Bambang menyebut, alat tes cepat berbasis antigen dibutuhkan untuk keperluan skrining COVID-19, terutama di tempat-tempat dengan mobilitas penduduk yang relatif tinggi.
CePAD mendeteksi keberadaan antigen virus dari sampel nasal swab, pada saat viral load sedang tinggi. Sehingga bermanfaat untuk mengurangi potensi penyebaran penyakit. “Tentunya kita harapkan keberadaan CePAD ini bisa mengurangi impor untuk rapid test antigen. Dan sebentar lagi pengembangannya akan menghasilkan bahan baku yang bersumber dari bahan mentah asli Indonesia, untuk dapat digunakan dalam pembuatan antigen domestik, intinya kita meningkatkan local content dari keberadaan rapid test antigen ini,” tutur Menristek Bambang.
Harga alat tes cepat (rapid test) tersebut jauh lebih murah dari alat PCR, yakni hanya sekira Rp120 ribu. Memang untuk akurasi, alat PCR memiliki tingkat akurasi lebih tinggi dari alat tes berbasis antigen. Namun penggunaan CePAD, memberikan hasil deteksi relatif cepat sekitar 15 menit dengan tingkat akurasi tinggi.
CePAD, telah digunakan oleh Rumah Sakit Pendidikan Universitas Padjajaran, Laboratorium Kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan Rumah Sakit Santosa Bandung. CePAD juga dilengkapi dengan sistem Trace (portal CePAD), barcode yang dihubungkan dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK), mempercepat aksi untuk penanganan orang terdeteksi positif COVID-19 dan pembatasan penularan penyakit.