Usaha ‘Gilo-gilo’ Tetap Bertahan Meskipun Keuntungan Tipis
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Dari seharian berjualan, Joko mengaku mendapat keuntungan antara Rp100 ribu-Rp150 ribu. Meski pendapatan tersebut relatif kecil, tidak sebanding dengan tenaga dan waktu yang dikeluarkan, namun dirinya mengaku tetap mensyukuri.
“Pendapatan sehari-hari tidak mesti, kadang ramai terkadang sepi. Namun rata-rata per hari keuntungan sekitar Rp 100 ribu. Kalau dihitung sebenarnya tidak mencukupi, namun tetap saya syukuri,” terangnya.
Sementara, salah seorang pembeli, Rifai, mengaku cukup terbantu dengan keberadaan gilo-gilo. Terutama dari segi harga, yang terhitung murah.
“Kalau lagi pas lapar, pengen makan, lalu ada penjual gilo-gilo lewat pasti beli. Rp 10 ribu sudah makan kenyang, ditambah buah-buahan,” paparnya.
Diungkapkan, beragam buah-buahan yang dijual juga menjadi ciri gilo-gilo. “Gilo gilo ini mirip warung kucingan, hampir sama jualannya, namun tidak ada buah-buahan. Jadi ini yang membedakan,” tambahnya.
Dirinya pun berharap pedagang atau usaha gilo-gilo, tetap bertahan, di tengah keterbatasan akibat pandemi Covid-19.
Penyebutan nama gilo-gilo berasal dari kata iki lho ono atau semua ada. Hal tersebut untuk menggambarkan, betapa lengkapnya aneka jenis makanan yang disajikan para pedagang itu.