Tekan Emisi, Pemerintah Optimis Mampu jadi Produsen EBT

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Sementara itu, Deputi Bidang Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian, Musdhalifah Machmud menambahkan, bahwa pemerintah Indonesia saat ini tengah meningkatkan hubungan dengan Pemerintah Jepang untuk mewujudkan kerja sama yang telah dirintis melalui Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) dan lainnya.

“Pemerintah akan terus berusaha menjaga kualitas dan kuantitas produk biomassa kita agar dapat memenuhi standar yang dibutuhkan pasar Jepang. Untuk itu, komunikasi yang baik dan promosi antara Indonesia dan Jepang perlu terus dibangun,” Musdhalifah.

Musdhalifah mengungkapkan, bahwa di masa mendatang, dunia dihadapkan pada persoalan krisis energi. Untuk itulah, pengembangkan riset EBT untuk mengurangi ketergantungan energi fosil menjadi suatu keharusan.

“Kebutuhan biofuel (bahan bakar nabati) untuk pesawat, mobil, dan lainnya ke depan ini akan meningkat. Indonesia bertekad menaikkan persentase pemakaian biodiesel dari B20 menjadi B30 dan terus ditingkatkan lagi,” papar Musdhalifah.

Di sisi lain, Musdhalifah menegaskan, bahwa The International Civil Aviation Organization (ICAO) telah menetapkan target pengurangan emisi CO2 di tahun 2050 sebesar 50 persen dari target tahun 2005. Langkah tersebut diikuti dengan pembuatan rencana kerja di The International Air Transport Association (IATA) yang mengharuskan semua perusahaan penerbangan anggotanya untuk mulai menggunakan bio avtur (bahan bakar nabati untuk pesawat) dengan persentase yang terus ditingkatkan.

“Pada awal tahun 2020 Presiden Joko Widodo juga telah mencanangkan untuk menghentikan ekspor kopra dan diolah menjadi bioavtur. Hal ini dikarenakan melimpahnya bahan baku di Indonesia dan pengembangan teknologi terkait sudah mulai menunjukkan hasil,” pungkas Musdhalifah.

Lihat juga...