Soegiarno: Kami Berjuang Tak Mengharapkan Pamrih

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

Diakuinya, selama hidup, kakaknya tersebut terus berjuang dan mendukung perjuangan bangsa Indonesia. Termasuk terjun di dunia kewartawanan serta melakukan pemberitaan dan penyiaran berita perjuangan.

“Termasuk mendirikan zonder atau stasiun pemancar, di wilayah yang sekarang jadi kampus Universitas Indonesia yang dikenal dengan nama Voice of Indonesia, ” ujar Soegiarno.

Meski sang kakak sudah wafat sejak 33 tahun yang lalu, atau tepatnya 2 November 1987, namun dirinya tetap tidak bisa melupakan sosoknya. “Mas Rin meninggal dunia di Jakarta, namun berwasiat agar dimakamkan di tempat pemakaman umum saja, makam keluarga di Bergota Semarang,” paparnya.

Sebagai seorang yang turut berjuang dalam menyampaikan kemerdekaan bangsa Indonesia, makam Soegiarin, terlihat tidak menonjol. Sama seperti makam lainnya, yang ada di komplek pemakaman terbesar di Kota Semarang tersebut.

“Memang dari dulu beliau ini hidup sederhana. Termasuk saat itu tak mau mengurus veteran, untuk tujuan mengharap tunjangan. Seperti saudara-saudara kami sekandung, meski pada berjuang dan bergabung dalam barisan Tentara Pelajar Brigade 17, namun tak satupun menyandang veteran. Prinsipnya kami berjuang tak mengharapkan pamrih,” papar Soegiarno.

Dalam ziarah tersebut, Soegiarno tidak sendirian, di samping ditemani keluarga, hadir pula sejumlah komponen masyarakat, hingga anggota TNI dari Koramil 13 Semarang Selatan.

“Jelang Hari Pahlawan 10 November, kami mengajak seluruh komponen masyarakat, untuk mengenang kembali jasa para pahlawan kita, yang berjuang dalam kemerdekaan, sehingga kita bisa seperti sekarang ini,” papar Danramil 13 Semarang Selatan, Mayor Inf Rahmatullah.

Lihat juga...