Petani Sayur di Jatiasih tak Miliki Akses Pupuk Bersubsidi

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Rudy, petani lainnya mengaku, sudah mulai mengumpulkan petani sayuran di lingkungan setempat untuk didata. Ia mengaku, susah meminta data petani, karena petani sayuran umumnya trauma sebab perkumpulan hanya sebentar. Tidak menghasilkan dan bubar lagi.

“Wajar petani trauma karena sudah beberapa kali ganti kelompok tani, kondisi mereka tidak berubah. Tetap saja susah mengakses pupuk bersubsidi, karena tidak ada pembimbing yang memberi sosialisasi,” ungkap Rudi.

Saat ini jelas Rudi, ia sudah mengumpulkan sekitar 20 petani, dan mereka semuanya sudah memiliki kartu tani. Tapi mereka sudah dua tahun ini tidak mendapatkan pupuk bersubsidi.

Rudi ketua kelompok tani yang baru dibentuk, mengakui, sosialisasi pupuk bersubsidi kepada petani minim, Senin (2/11/2020). Foto: Muhammad Amin

Menurutnya, lahan petani sayur produktif di wilayah Jatiasih masih luas dan semua digarap petani terutama warga yang sudah lama di lokasi tersebut. Hampir rata-rata lahan yang sekarang ada sudah dimiliki perusahaan, dulu punya warga yang juga menggarap.

“Oleh perusahaan mereka diperbolehkan menggarap lahan yang belum difungsikan tanpa ada pungutan apa pun. Jika sewaktu-waktu lahan digunakan juga tidak ada ganti ruginya,” ujar dia.

Diketahui melalui situs resmi Kementerian Pertanian, diketahui bahwa alokasi pupuk bersubsidi untuk Kota Bekasi tahun 2020 mencapai 210 ton jenis urea dan NPK mencapai 149 ton.

Sebelumnya, dikonfirmasi terpisah, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Jatiasih-Pondok Melati, Solihin, menyampaikan, bahwa petani sayur dan padi bisa mendapatkan pupuk bersubsidi asal sudah terdata melalui usulan e-RDKK sehingga petani terfasilitasi pupuk bersubsidi.

Lihat juga...