Perempuan di Wairbukan Tambah Pendapatan Keluarga dari Menenun
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
MAUMERE – Hasil produksi jambu mete yang menurun drastis serta dampak dari kekeringan berkepanjangan membuat para petani di Kampung Wairbukan, Desa Wairterang, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) kehilangan banyak pendapatan.
Beberapa Kepala Keluarga (KK) memelihara ternak serta yang lainnya mengandalkan dari tanaman pertanian lainnya seperti pisang, singkong, kelapa dan lainnya yang jumlahnya pun sangat terbatas.
“Kalau tidak mengurus kebun saya menenun agar bisa memperoleh pendapatan untuk menambah penghasilan keluarga,” kata Oreta Timu, warga Kampung Wairbukan, Desa Wairterang, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, NTT saat ditemui di rumahnya, Senin (9/11/2020).
Oreta mengakui, di kampungnya hanya dirinya dan seorang ibu rumah tangga lainnya yang bisa menenun kain tenun ikat dimana satu lembar kain tenun dijual dengan harga Rp300 ribu hingga Rp500 ribu.
Dirinya mengakui, lebih banyak menenun kain tenun untuk laki-laki dan selendang karena sudah terbiasa, serta kain tenun untuk laki-laki belum banyak yang menenun sehingga lebih cepat laku terjual.
“Saya biasa menjualnya di Pasar Waigete. Kalau kain tenunnya sudah selesai ditenun. Pulangnya saya membeli benang serta bahan pewarna agar bisa menenun lagi,” ungkapnya.
Selain itu tambah Oreta, dirinya pun membeli ikan kering serta kopi dan gula pasir untuk dijual kembali kepada warga kampung dengan hanya mengambil keuntungan tidak seberapa.
Ia beralasan, tidak bisa membeli banyak barang untuk dijual karena harus berjalan kaki menuju hutan sejauh sekitar 2 kilometer dari jalan raya dan mendaki bukit, sehingga tidak mampu membawa banyak barang.