Menristek Sebut Riset Persiapan PLTN Tetap Harus Dilanjutkan
Selain terkait penguasaan teknologi, aspek keselamatan dan keamanan dari pengembangan PLTN, beberapa hal yang juga perlu diperhatikan adalah melakukan kajian keekonomian PLTN, agar harga listrik dari PLTN tetap kompetitif, kesiapan sumber daya manusia (SDM), serta keterlibatan seluruh pemangku kepentingan sehingga tingkat penerimaan terhadap PLTN terus meningkat.
Pemerintah Indonesia dalam Kebijakan Energi Nasional telah memberikan prioritas dan peningkatan peran dari energi baru terbarukan, terhadap bauran energi nasional, di mana ingin dicapai pada 2050 kontribusi energi baru terbarukan minimal 31 persen, dan dalam hal ini nuklir merupakan energi baru yang tidak boleh dikesampingkan.
Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Anhar Riza Antariksawan, mengatakan kajian penelitian terkait pengembangan PLTN perlu dipersiapkan sehingga pada saatnya Indonesia memutuskan membangun PLTN, maka penguasaan teknologinya harus sudah lebih siap untuk diimplementasikan.
Anhar menuturkan, pada 2045 Indonesia diharapkan sudah mempunyai satu sistem energi bersih yang terdiri dari energi baru terbarukan.
Energi baru terbarukan penting untuk dikembangkan untuk mendukung komitmen Indonesia, termasuk dalam pengurangan emisi karbon.
“Sinergi antara energi baru dalam hal ini nuklir dan energi terbarukan yang bermacam-macam ini harus berlangsung,” ujar Anhar.
Anhar menuturkan, reaktor modular kecil atau reaktor nuklir mikro (small modular reactor) dapat dipertimbangkan untuk diterapkan di Indonesia, karena memiliki beberapa keunggulan, di antaranya lebih terjangkau dari sisi ekonomi, biaya investasi akan lebih rendah, serta bisa dibangun paralel di pabrik yang kemudian dirakit atau dipasang di tapak, sehingga waktu konstruksi bisa lebih singkat. (Ant)