AS Jatuhkan Sanksi ke Gebran Bassil
WASHINGTON – Amerika Serikat memberlakukan sanksi pada Gebran Bassil, pemimpin blok politik Kristen terbesar Lebanon dan menantu Presiden Michel Aoun, menuduhnya melakukan korupsi dan mempunyai hubungan dengan Hizbullah.
Bassil mengepalai Gerakan Patriotik Bebas (FPM), yang didirikan oleh Aoun, dan pernah menjabat sebagai menteri telekomunikasi, energi dan air, dan urusan luar negeri.
Bassil yang telah menjadi sasaran protes yang meletus tahun lalu terhadap kelas politik yang dituduh menjarah negara, mengatakan di akun Twitter, bahwa sanksi tidak membuatnya takut dan dia tidak “tergoda” oleh janji.
Sanksi tersebut dapat mempersulit upaya Perdana Menteri yang ditunjuk Saad al-Hariri, yang mencoba menavigasi politik sektarian Lebanon untuk menyusun kabinet guna mengatasi krisis keuangan, krisis terburuk Lebanon sejak perang saudara 1975-1990.
Sebuah sumber yang mengetahui proses tersebut, mengatakan langkah tersebut kemungkinan akan memperkuat sikap FPM dalam negosiasi tentang pemerintahan baru yang diperlukan untuk memberlakukan reformasi yang diminta oleh donor asing untuk mengatasi korupsi endemik, pemborosan dan salah urus untuk membuka bantuan.
Dalam beberapa bulan terakhir, Amerika Serikat juga telah menjatuhkan sanksi pada beberapa pejabat yang terkait dengan Hizbullah, gerakan Syiah yang didukung Iran yang telah menjadi kekuatan politik paling kuat di Lebanon, dan yang dianggap Washington sebagai kelompok teroris.
FPM memiliki aliansi politik dengan Hizbullah dan Bassil telah membela kelompok itu sebagai hal penting untuk pertahanan Lebanon.
Departemen Keuangan mengatakan, Bassil berada di “garis depan korupsi di Lebanon” di mana pemerintah berturut-turut telah gagal untuk mengurangi meningkatnya utang negara atau mengatasi infrastruktur yang gagal dan sektor listrik yang merugi.