Hasil Studi: 23 Persen Kematian Pasien Covid-19 di Atas 60 Tahun
Ada beberapa mekanisme yang menjelaskan mengapa laki-laki lebih rentan mengalami luaran buruk dalam kasus COVID-19. Salah satunya karena penurunan jumlah sel B dan sel T pada laki-laki usia lanjut lebih besar dibandingkan perempuan. Dampaknya, respons imun yang dihasilkan pun tidak terlalu kuat. Selain itu, hormon testosteron, biasa dikenal oleh masyarakat sebagai hormon seks pria, ternyata mempengaruhi ekspresi TMPRSS2 yang berperan penting dalam proses masuknya virus SARS-CoV-2 ke dalam sel tubuh.
Pada penelitian itu, proporsi pasien yang meninggal pada kelompok usia 70 tahun ke atas lebih tinggi dibandingkan kelompok usia 60-69 tahun. Seiring dengan bertambahnya usia, sistem imun tubuh seseorang semakin mengalami disfungsi. Akibatnya, pasien-pasien COVID-19 usia lanjut semakin rentan mengalami “badai sitokin” yang dapat menimbulkan masalah di berbagai organ tubuh dan memicu kejadian gagal napas.
Keberadaan komorbiditas atau penyakit penyerta menjadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko kematian pasien-pasien COVID-19. Hasil penelitian ini menunjukkan hipertensi dan diabetes melitus sebagai komorbiditas yang umum ditemukan pada pasien. Beberapa pasien bahkan memiliki komorbiditas lebih dari satu.
Meskipun multikomorbiditas bukan termasuk salah satu faktor risiko kematian COVID-19 yang menonjol pada penelitian ini, sebuah studi dari UK Biobank menyatakan multikomorbiditas, terutama multikomorbiditas kardiometabolik berkaitan dengan peningkatan risiko perburukan COVID-19.
Hal menarik lain yang patut diperhatikan terkait hasil penelitian ini adalah sebagian besar pasien (86 persen) tidak memiliki riwayat kontak erat dengan pasien terkonfirmasi COVID-19.