Berkah Kemarau, Dagangan Es Tong pun Laris Manis

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

SEMARANG — Musim kemarau yang melanda di berbagai wilayah di Jateng, termasuk di Kota Semarang, rupanya membawa berkah tersendiri bagi penjual es puter. Dikenal dengan nama es tong (dibaca: thung), dagangan ini pun laris manis sebagai obat penawar di tengah cuaca panas terik.

Berkah kemarau tersebut dirasakan Mulyadi, salah satu penjual es tong, yang kerap mangkal di sekitaran wilayah Tembalang, Kota Semarang. Setiap hari, pria 40 tahun tersebut berkeliling menawarkan dagangan berupa es puter dengan menyusuri jalan dan lingkungan kelurahan di wilayah tersebut.

“Ya Alhamdulillah, musim kemarau, pembelinya semakin banyak, dalam sehari bisa lebih dari 50 orang. Untuk harga juga murah, Rp 3.500 untuk satu cop atau sendok , sementara Rp 5 ribu, dapat dua cop,” paparnya, saat ditemui di sela berjualan di Tembalang, Semarang, Selasa (6/10/2020).

Ditambahkan, dengan harga tersebut pembeli tidak hanya dapat es puter, namun juga tambahan topping berupa potongan roti tawar dan sagu mutiara. “Ya biar semakin laris, banyak yang beli. Kalau laku semua, untungnya juga semakin banyak,” terangnya.

Yadi, panggilan akrabnya, mengaku dalam sekali berkeliling bisa mendapat keuntungan antara Rp50 ribu – Rp100 ribu. “Kalau laku semua, kira-kira 80 cop, bisa dapat untung Rp100 ribu, kalau kurang dari itu, yang paling Rp50 ribu. Ini sudah dikurangi biaya produksi,” jelasnya.

Dipaparkan, untuk membuat es puter cukup mudah, dengan menggunakan santan sebagai pengganti susu. Pada awalnya es ini diciptakan atas dorongan masyarakat yang ingin mencicipi es krim, namun tak bisa menjangkau harganya.

Susu yang mahal saat itu diganti dengan santan. Penggantian bahan utama inilah sebenarnya yang membuat rasa dari es ini menjadi lebih gurih. Namun, tampilannya dibuat sama persis seperti es krim.

Lihat juga...