Usia Senja Abah Ucak Tetap Semangat Jualan Kue
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
BEKASI – Usia Abah Ucak memang tak lagi muda. Di usia lebih dari 65 tahun, kakek ini tetap semangat menjalani hidup. Ia tetap mencari nafkah dengan berjualan kue rangi, keliling menggunakan gerobak dorong dari perkampungan satu pindah ke kompleks di wilayah Jatiasih dan Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Kue rangi adalah jajanan legendaris khas Betawi berbahan dasar campuran tepung kanji dengan kelapa parut yang dipanggang menggunakan cetakan khusus di atas tungku menggunakan kayu bakar, ditutup agar cepat matang.
Tidak ada tanda khusus layaknya gerobak keliling lainnya. Gerobak kue rangi Abah Ucak, hanya berjalan berkeliling begitu saja, tanpa suara, terkadang ia mangkal di persimpangan menunggu ada pembeli. Pelanggan kue rangi Abah Ucak adalah lintas generasi.
“Saya jualan ini keliling sudah sepuluh tahun lebih, mulai pukul 06.00 WIB pagi, sampai pukul 21.00 WIB. Saya tinggal di Kelurahan Jatirasa,” ungkap Abah Ucak kepada Cendana News, Selasa (22/9/2020).
Dia mengakui, mengitari beberapa perkampungan setiap harinya dengan jarak tempuh hingga puluhan kilo. Baginya jalan kaki, mendorong gerobak adalah hal biasa. Jarak tersebut diakuinya hal biasa, dan membuat badannya makin sehat.
Abah Ucak, sehari mengitari, mulai dari Kelurahan Jatiasari, Bagol, Jalan Raya Pamahan, Peduranan Yapid, Kompleks AURI, dan malam berada di Jatirasa.
“Setiap pukul 02.30 WIB sudah bangun, menyiapkan semua bahan. Untuk tepung tapioka belanja di tempat khusus wilayah Bukit Duri, Jatinegara. Begitu pun campurannya seperti gula aren semua dibeli di satu tempat,”paparnya.
Saat ini, Abah Ucak mengaku, omzet tengah turun akibat cuaca di Kota Bekasi yang panas dalam beberapa bulan terakhir. Sehari ia hanya bisa menjual 3 kilogram sagu tepung tapioka sebagai bahan dasar kue rangi.