Petani Sorgum di NTT Butuh Mesin Sosoh dan Perontok

Editor: Koko Triarko

Menurut Marcia, kulit ari dari sorgum mengandung tannin yang rasanya agak sepat, sehingga rasa nasinya agak jauh dari rasa nasi beras padi. Hal tersebut terjadi, jika proses pemberasannya menggunakan mesin giling padi.

“Namun jika menggunakan mesin khusus penyosoh sorgum, maka rasa nasi sorgum hampir sama dengan nasi padi. Hal tersebut persis terjadi di dusun Likotuden,” tutur Marcia.

Saat penyosoh belum ada, kata Marcia, semua mau menjual sorgumnya secara gelondongan. Namun setelah mesin penyosoh sudah tersedia, mau dibeli pun mereka tidak mau menjual selama kebutuhan konsumsi mereka di rumah belum terpenuhi.

Selain itu, dengan adanya mesin penyosoh, sorgum yang disosoh akan menghasilkan dedak yang juga sangat bagus untuk ternak babi, ayam dan ikan, karena mengandung antioksidan tinggi.

“Seandainya dana desa bisa dimanfaatkan untuk pengadaan mesin sosoh, maka itu salah satu solusi untuk mempersiapkan penyerapan sorgum jika ditanam besar-besaran di NTT. Untuk mengeluarkan biji dari malai, dapat menggunakan mesin perontok padi atau jagung,” ungkapnya.

Marcia menambahkan, pengadaan mesin sosoh pasti juga ada masalah, siapa yang mau beli? Di mana belinya dan harganya berapa? Menurutnya, dana desa setiap wilayah pasti ada dan kadang-kadang kepala desa bingung mau diapakan kalau tidak ada program.

“Harga mesin sosoh saat ini sekitar Rp20 juta sampai Rp35 juta. Politeknik Cristo Re Maumere sudah bisa membuat mesin sosoh. Di Surabaya sudah banyak tersedia mesin sosoh,” pungkasnya.

Lihat juga...