Petani Sorgum di NTT Butuh Mesin Sosoh dan Perontok
Editor: Koko Triarko
LARANTUKA – Mesin perontok dan penyosoh sangat dibutuhkan kelompok tani dalam pengembangan tanaman sorgum di Provinsi Nusa Tenggara Timur.Tanpa ada mesin tersebut, para petani mengaku kesulitan mengolah sorgum menjadi biji atau beras yang siap dikonsumsi.
Harga jual yang mahal, membuat tidak semua kelompok tani sorgum mampu membeli mesin perontok maupun penyosoh, sehingga para petani lebih menyukai menjual sorgum yang belum dirontokkan.
“Kalau untuk merontokkan sorgum bisa menggunakan mesin perontok padi saja. Hanya ada 2 kelompok tani yang kami dampingi memiliki mesin perontok dan penyosoh bantuan dari Balitbantan Kementerian Pertanian,” kata pelestari benih dan petani sorgum Kabupaten Flores Timur, Maria Loretha, Senin (7/9/2020).
Maria menyebutkan, sentra sorgum Likotuden, Desa Kawalelo, Kecamatan Demon Pagong, Kabupaten Flores Timur, semua mesinnya lengkap dan terdapat juga koperasi petani sorgum yang awalnya berupa Usaha Bersama Simpan Pinjam (UBSP).
Untuk mesin perontok di Likotuden ada 3 mesin dengan kapasitas satu ton per jam, satu buah mesin penyosoh skala besar serta mesin penepung dan mesin penapis skala besar.
“Untuk Likotuden juga ada mesin pemerasa batang sorgum sebanyak 5 unit, mesin pencacah serta mesin pemotong batang ada 5 unit. Kita berharap, pemerintah membantu pengadaan mesin untuk kelompok tani lainnya,” pintanya.
Peneliti pada Balai Penelitian Tanaman Serelia, Balitbangtan Kementan RI, Dr. Marcia Bunga Pabendon, MP., mengatakan, salah satu tantangan untuk bisa menerima sorgum sebagai pangan sehari-hari adalah rasa di lidah, jika pengolahan biji sorgum menjadi beras kurang tepat.