BPBD Gunung Kidul Intensif Edukasi Masyarakat Soal Gempa Megathrust

YOGYAKARTA – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunung Kidul, mengintensifkan edukasi kepada masyarakat pesisir menyikapi potensi gempa megathrust di ujung Banten sampai Banyuwangi dalam mengurangi risiko bencana.

Kepala Pelaksana BPBD Gunung Kidul, Edi Basuki, mengatakan rencananya, pada 6 Oktober 2020 ini, BPBD Gunung Kidul akan menyelenggarakan simulasi kepada masyarakat dengan menggandeng BMKG dan BNPB.

“Dalam waktu dekat ini, BPBD akan menggelar simulasi kebencanaan dengan skenario seolah terjadi gempa dengan magnitudo 9. Hal ini dilakukan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, bilamana terjadi kemungkinan terburuk,” kata Edy Basuki, Senin (28/9/2020).

Rencananya, simulasi akan menggunakan skenario terjadi gempa bumi sebesar magnitudo 9, disusul tsunami mencapai 20 meter. Pihaknya mengambil risiko terburuk dalam simulasi, untuk mengedukasi masyarakat ketika nantinya bencana besar itu benar-benar terjadi.

Ia mengakui, akhir-akhir ini masyarakat cukup resah dengan adanya isu megathrust di ujung Banten sampai Banyuwangi, sehingga BPBD berusaha menenangkan masyarakat dengan memberikan edukasi masyarakat, khususnya di kawasan pesisir, bagaimana cara menyelamatkan diri hingga dapur umum.

“Upaya terbaik menggunakan risiko paling tinggi, jadi kita berikan edukasi bagaimana jika benar-benar terjadi gempa dahsyat dan tsunami di wilayah Gunung Kidul,” kata Edi.

Edi juga mengakui, saat ini wilayah selatan Gunung Kidul hanya memiliki satu alat deteksi tsunami yang masih berfungsi, yakni di wilayah Pantai Baron. Menurutnya, alat serupa di lokasi lain mengalami kerusakan akibat gelombang tinggi beberapa tahun lalu.

Lihat juga...