Validitas Situs Kranggan di Bekasi Terus Dikaji

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Hal tersebut juga memunculkan beberapa versi tentang leluhur warga Kranggan. Karena terjadi pembiasan pada aspek perjalanan alur leluhur.

“Akhirnya hanya muncul sebutan leluhur yang paling luhur atau Mbah Uyut itu. Sehingga kami selalu memberikan doa kepada leluhur. Penghormatan kepada sesepuh yang dianggap leluhur,” jelasnya, menirukan pernyataan warga Kranggan.

Tim Cagar Budaya Kota Bekasi pun akan terus melakukan penelitian lebih lanjut. Target awal, sambung Andi Sopandi, pemasangan Gapura Cagar Budaya. Tentunya, banyak yang juga harus dikaji mendalam terkait keberadaan sumur atau makam yang dikeramatkan.

“Sebenarnya makam yang dikeramatkan di Kranggan cukup banyak, tetapi Mbah Uyut yang berada di Sela Miring dianggap paling tua. Terkait nama asli Mbah Uyut itu sendiri, tentu menjadi ‘PR’ besar yang harus ditulis, menjadi bagian dari riwayat kampung Kranggan,” pungkasnya

Generasi muda tugasnya menjaga serta merawat situs di Kranggan agar tidak rusak dan punah. Lebih penting lagi adalah menyelami dan memahami tentang sejarah Kranggan sendiri.

Ali Anwar, tim ahli Cagar Budaya Kota Bekasi, menyatakan, suatu wilayah menjadi cagar budaya tentu harus berdasarkan kerangka pikir ilmiah. Di dalam Tim Cagar Budaya Kota Bekasi sendiri memiliki arkeolog, ahli, dan sejarawan.

Ali Anwar, Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Kota Bekasi, saat dijumpai Cendana News, Minggu (16/8/2020) – Foto: Muhammad Amin

“Kami akan mengkaji dari semua disiplin ilmu, ada ahli hukum, sehingga apakah peninggalan sejarah di Kranggan baik berupa situs dan lainnya masuk dalam Cagar Budaya atau tidak, agar bisa dipetakan sesuai fakta sejarah untuk direkomendasikan kepada wali kota,” jelasnya.

Lihat juga...