Literasi Menjadi Kunci Penanganan Pandemi Covid-19

Editor: Mahadeva

Sejarawan Universitas Indonesia Dr. Tri Wahyuning M. Irsyam, MSi saat dialog di Gefung BNPB Jakarta - Foto M Hajoran Pulungan

Sementara itu Sejarawan Publik, Kresno Brahmantyo mengatakan, buku “Lelara Influenza” cukup populer, meski pada saat itu masyarakat belum banyak yang dapat membaca. Ada data yang menunjukkan, tingkat peminjaman buku itu pada tahun 20 sampai 23 itu cukup signifikan, bahkan disebut-sebut mencapao 3.000-an.

Menurutnya, di dalam buku terbitan Balai Pustaka tersebut dijelaskan, bagaimana influenza menurut gejala dan penanganannya. Beberapa kalimatnya juga menekankan tentang imbauan agar manusia tidak bertindak ceroboh. “Berhati-hatilah jangan sampai bertindak ceroboh yang bisa mengakibatkan munculnya debu. Orang yang terkena panas dan batuk tidak boleh ke luar rumah. Harus tidur atau istirahat saja. Badannya diselimuti sampai rapat, kepalanya dikompres, tidak boleh mandi,” ungkapnya.

Dalam hal itu, pemahanan serta literasi masyarakat akan bahaya pandemi sangat penting dan diutamakan. “Sebab, hal itu akan mempengaruhi adanya perubahan perilaku masyarakat sehingga upaya penanganan akan lebih mudah dilakukan,” pungkasnya.

Lihat juga...