Kelestarian Hutan Solusi dalam MenJaga Ketersediaan Air di Lamsel
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
Kesadaran warga menanam pohon keras penghasil air telah diterapkan oleh Saimah dan warga lain. Jenis pohon avokad, jengkol, petai dan tanaman keras lain memberi hasil buah bernilai ekonomis. Selain itu nilai ekologis bisa terjaga dengan banyaknya pohon yang memiliki akar penahan air.
Idi Bantara, kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Way Seputih Way Sekampung menyebut konservasi hutan mutlak dilakukan. Sebab saat ini pemanasan global sedang terjadi imbas alih fungsi hutan menjadi lahan perkebunan. Sebagai lembaga vertikal dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dukungan diberikan ke masyarakat dengan pengelolaan kawasan hutan.
Kawasan kesatuan pengelolaan hutan (KPH) binaan BPDASHL WSS disebutnya mencapai 16.500 hektare lebih. Kawasan tersebut tersebar di Pesawaran, Lamsel, Lampung Barat hingga Tanggamus. Pelibatan masyarakat dalam menjaga hutan berkaitan erat dengan menjaga kelestarian air.
“Hutan yang terjaga, di antaranya pada wilayah Gunung Rajabasa, bisa menjadi sumber pasokan air dan mendukung ekonomi masyarakat,”cetusnya.
Kesulitan masyarakat dalam memperoleh bibit diakui Idi Bantara telah dibantu KLHK. Sebab keberadaan persemaian permanen di Ketapang seluas 5 hektare menghasilkan bibit rata rata 2,5 juta tanaman.