Di Banyuwangi, 20.500 Sapi Miliki Kartu e-Nak
Sapi yang sudah terdata, dipasangi barcode yang dikalungkan di leher ternak. Siapa pun bisa melihat riwayat sapi cukup dengan mengunduh aplikasi QR and barcode scanner di smartphone untuk mengetahui detail riwayat data sapi dan kepemilikan.
Dengan memindai barcode yang dikalungkan di sapi, data akan muncul melalui laman Pemkab Banyuwangi di Smartphone. “Jadi dengan menggunakan sistem barcode semua riwayat sapi bisa terlihat. Dan ini tidak mungkin tertukar karena detail fisik sapi mulai dari tanduk, moncong dan lainnya sudah difoto. Termasuk titik koordinat (berdasar GPS) keberadaan sapi itu sendiri,” ujarnya.
Bupati Anas menyebut, kartu kepemilikan ternak ini langsung terkoneksi dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK/e-KTP) pemilik. Lewat kartu ternak juga banyak keuntungan yang bisa diperoleh para peternak, salah satunya ternak peserta berhak mendapatkan pelayanan kesehatan hewan. “Para pembeli ternak, juga akan diuntungkan. Mereka yang akan membeli ternak akan terhindar dari upaya penipuan, karena riwayat kesehatan sapi akan terpantau melalui kartu tersebut. Misalnya pernah beranak berapa kali, pernah sakit, produktif atau tidak dan lainnya,” katanya.
Sementara itu, sejumlah tim juri mengapresiasi paparan kartu ternak elektronik yang di sampaikan oleh Bupati Anas, salah satunya Advisor Program Transformasi-GIZ wilayah Jatim Redhi Setiadi yang mengatakan, selama ini permasalahan data jumlah hewan ternak di Jawa Timur masih belum terselesaikan.
Dan Banyuwangi justru sudah melakukan pendataan yang komprehensif lewat kartu e-Nak. “Selama ini kan yang dipakai data ektrapolasi, jadi seolah hewan ternak kita surplus, tapi ketika mau dipotong, tidak ada hewannya. Sehingga setiap tahun masih harus impor daging. Kalau e-Nak ini memang bisa menyajikan data valid, apalagi langsung terpantau titik koordinatnya, bakal jadi terobosan yang baik sekali,” tandasnya. (Ant)