Tumpeng, Ungkapan Syukur Petani atas Kehidupan

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Nasi kuning dibuat menjadi kerucut dengan beragam lauk tersaji untuk acara ulang tahun.

Mujiono, sang ayah yang kedua anaknya berulang tahun menyebut sengaja membuat nasi tumpeng untuk rasa syukur. Maryanto dan Hani kedua anaknya meski berbeda usia namun lahir pada bulan yang sama, Juli di Desa Gandri, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan (Lamsel).

Mujiono, sang ayah berdoa bagi kedua anak yang merayakan ulang tahun ditandai dengan pembuatan nasi tumpeng yang didoakan terlebih dahulu, Senin (20/7/2020) – Foto: Henk Widi

Tumpeng nasi kuning menurut Mujiono kerap dihadirkan pada acara istimewa sesuai tradisi etnis Jawa, leluhurnya. Berkah keselamatan, kesehatan yang diterima sang anak disimbolkan dengan membuat tumpeng bersumber dari hasil bumi sawah dan ladang miliknya.

Tradisi selametan memakai tumpeng diakuinya tak pernah lepas dari rasa syukur sebagai petani. Kehidupan petani dengan hasil melimpah erat dengan rasa berbagi kepada sesama dan syukur ke Pencipta.

Bentuk tumpeng mengerucut menurut Mujiono mengingatkan hubungan antara manusia dan sang Pencipta. Hasil pertanian dan perkebunan diolah menjadi makanan untuk kehidupan.

Keharmonisan antara pencipta juga diteruskan  pada sesama, kerabat serta kerukunan bermasyarakat. Dimaknai secara sakral namun telah dikombinasikan dengan zaman modern, pembuatan tumpeng dilakukan saat ulang tahun.

“Menjaga tradisi leluhur tetap kami lakukan sebagai masyarakat agraris berbasis pertanian, sebab hasil bumi merupakan pemberian sang Pencipta yang kami gunakan untuk keberlangsungan kehidupan, melahirkan anak-anak sebagai generasi penerus,” terang Mujiono saat dikonfirmasi Cendana News , Senin (20/7/2020).

Lihat juga...