Perajin Kain di Sumsel Diharapkan Gunakan Pewarna Alami
PALEMBANG – Dewan Kerajinan Nasional Daerah Sumatera Selatan (Sumsel) mendorong agar perajin kain di daerah itu menggunakan pewarna alami.
Kain merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang masih lestari sampai saat ini sehingga motif dan warna harus khas dan alami, kata Ketua Dekranasda Sumsel, Feby Deru, di Palembang, Kamis.
Menurut dia, masing-masing provinsi di Indonesia memiliki kain khas yang menggambarkan budaya lokal setempat, tidak terkecuali Provinsi Sumatera Selatan.
Bukan hanya kain Songket, namun masih ada beberapa jenis kain yang tak kalah indah dengan kain berbenang emas tersebut, seperti kain jumputan dan kain blongsong.
Sebagai kain tradisional dan khas daerah yang dalam proses pengerjaannya memiliki tingkat kerumitan dan diperlukan ketekunan juga ketelitian, begitu pun dalam proses pewarnaan di mana para perajin kain pada umumnya menggunakan pewarna tekstil.
Menurut dia, saat para perajin kain menggunakan pewarna tekstil akan menimbulkan dampak baik positif maupun negatif.
Sehubungan itu pihaknya ingin mendorong dan mengenalkan pewarna alam kepada para perajin kain di Sumsel. Seperti yang dilakukan Meki Oki Yasari, perajin kain songket dari Galeri Songket Warna Alam ini.
Dia mengatakan, pewarna yang digunakannya berbahan dasar alam, yang diperoleh dari alam.
Pewarnaan kain dengan pewarna tekstil tentu menimbulkan dampak tersendiri, seperti limbah yang pada akhirnya akan bermuara pada lingkungan hidup.
“Nah ini kan menggunakan pewarna alam yang bisa di dapat dari hutan, juga kebun yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggal, bahkan beberapa bisa ditanam sendiri. Seperti secang, gambir, mahoni, kayu-kayuan, bahkan beberapa warna diperoleh dari hasil fiksasi dengan kulit buah-buahan”, ujar Feby didampingi Wakil Ketua Dekranasda Sumsel Fauziah Mawardi Yahya.