Kemenparekraf: “Travel Storytelling” Efektif Promosikan Destinasi Wisata Budaya
JAKARTA — Travel Storytelling dinilai efektif menjadi metode untuk menggali nilai-nilai wisata yang unik dan menarik dari sebuah destinasi wisata budaya.
Direktur Wisata Alam, Budaya, dan Buatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Alexander Reyaan di Jakarta, Jumat, mengatakan Travel Storytelling bisa menjadi alat untuk mempromosikan nilai-nilai budaya dalam sebuah objek wisata, misalnya Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, yang telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada 6 Juli 2019.
“Karena sudah ditetapkan menjadi warisan budaya dunia, seharusnya Sawahlunto punya nilai jual yang jauh lebih baik dibanding warisan budaya yang lain,” kata Alex.
Alex mengungkapkan pihaknya telah berkomitmen untuk terus mempromosikan destinasi wisata Sawahlunto.
“Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan menjadikan Sawahlunto sebagai sebuah destinasi yang difavoritkan wisatawan dan akan diprioritaskan untuk dikembangkan ke depan khususnya dengan menggali potensi budayanya,” katanya.
Kepala Bidang Peninggalan Bersejarah dan Permuseuman Dinas Kebudayaan, Peninggalan Bersejarah dan Permuseuman Kota Sawahlunto, Rahmat Gino Sea Games memaparkan, dalam sejarahnya nama Sawahlunto berasal dari dua kata, yaitu Sawah dan Lunto.
“Jadi sawah ini dilintasi Sungai Lunto atau Batang Lunto, sehingga kota ini dinamai Sawahlunto,” ujar Rahmat.
Dalam perkembangannya, lanjut Rahmat, Sawahlunto memang dikenal sebagai kota pertambangan di masa penjajahan Hindia-Belanda. Sawahlunto memang dikenal sebagai salah satu daerah penghasil batu bara.
“Karena dikenal sebagai kota tambang, orang-orang yang tinggal di kota ini pun beraneka ragam latar belakangnya. Ada orang Eropa dan keturunan Indo-Eropa, ada orang Tionghoa, serta orang-orang pribumi seperti orang Minangkabau dan pekerja tambang yang disebut ‘Orang Rantai’,” jelasnya.