Keluarga Anak Disabilitas di Sikka Butuh Bantuan
Editor: Makmun Hidayat
Ia mengatakan anaknya juga memiliki pendapatan pas-pasan sehingga sulit membantu kedua orang tuanya yang mengalami kesulitan biaya operasi cucunya.
“Anak saya ada yang guru honor di Iligai tapi gajinya hanya Rp350 ribu sebulan. Kami pernah dapat bantuan dana Program Keluarga Harapan (PKH) namun hanya menerima bantuan 3 kali saja dan sejak bulan April 2019 tidak mendapaf bantuan dana lagi meskipun ada buku rekening dan kartu ATM,” jelasnya.
Hingga sekarang pun Hermiana mengaku tidak mendapatkan bantuan apa pun termasuk bantuan saat pandemi Covid-19 merebak di mana banyak bantuan disalurkan pemerintah pusat hingga desa.
Dirinya mengaku cucunya Riel pernah ditampung di panti asuhan di Nangahure Kabupaten Sikka selama setahun namun dirinya juga harus menjaganya sementara sang suami di rumahnya juga sakit-sakitan dan tidak ada yang merawatnya.
“Suatu ketika saya pulang dan mendapati suami saya sedang sakit dan tergeletak di tempat tidur.Tidak ada yang merawat sehingga saya terpaksa dengan cucu saya kembali tinggal di rumah kami,” ungkapnya.
Hermiana pun mengaku menderita penyakit epilepsi sehingga tidak bisa bekerja berat karena takut penyakitnya kambuh kembali.
Antonius Julianus sang kakek yang berusia 64 tahun juga mengaku sering sakit-sakitan darah tinggi dan kolesterol sehingga sudah sejak bulan Maret 2020 berhenti memanjat pohon tuak untuk diiris dan dimasak menjadi arak atau moke.
Antonius mengaku biasa memasak arak dan menjualnya dengan harga Rp25 ribu per botolnya dan uang yang didapat langsung dipergunakan membeli beras satu dua liter dan ikan untuk dikonsumsi bersama istri dan cucunya.