Destinasi Wisata Badui Diganti Saba Budaya Badui
Karena itu, menurut Heru, Jaro Alim memintanya untuk mencari solusi permasalahan yang muncul di Badui, antara lain kunjungan wisatawan yang dianggap berlebihan.
Selain itu juga kunjungan wisatawan menimbulkan persoalan, di antaranya banyak sampah berserakan juga bebasnya pedagang dari luar masuk ke dalam serta banyak foto-foto wilayah Badui Dalam pada Google di internet.
Selama ini, masyarakat Badui Dalam menjadikan kawasan yang sakral dan pendatang dilarang untuk mengambil foto.
“Dari amanah itu, saya ingin membantu mencarikan solusi terhadap persoalan-persoalan yang ada. Saat itu, sepakat destinasi wisata Badui dihapus dari peta wisata nasional,” kata Heru beberapa lalu.
Jaro Saidi, sebagai Tangunggan Jaro 12 mengatakan, saat ini pemukiman tanah hak ulayat kawasan masyarakat Badui sangat resah adanya pencemaran lingkungan dengan banyaknya sampah plastik dari produk makanan minuman.
Selain itu, juga banyak wisatawan yang berkunjung yang tidak mengindahkan pelestarian alam. Akibatnya, banyak tatanan dan tuntunan adat yang mulai terkikis dan tergerus oleh wisatawan yang berkunjung itu.
“Kami berharap, kawasan pemukiman Badui tetap lestari dan tidak dicemari kerusakan lingkungan, karena sebagai titipan dari leluhur,” ujarnya.
Dukungan Bupati
Bupati Lebak, Iti Octavia, menyatakan siap menjalankan keputusan perintah Puun jika destinasi wisata dihapus dan diganti menjadi Saba Budaya Badui.
Pemerintah Kabupaten Lebak tentu akan menerbitkan kebijakan-kebijakan untuk Saba Budaya Badui, agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan juga kelestarian alam.
Mereka orang yang akan mengunjungi pemukiman Badui lebih ketat, agar mereka tidak mengotori dengan tidak membuang sampah sembarangan, juga tak boleh melakukan pelanggaran ketentuan adat setempat.