BMKG Bantah Penyebab Banjir Luwu Utara karena Aktivitas Gempa Tektonik

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

JAKARTA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membantah pernyataan yang timbul di masyarakat terkait penyebab banjir bandang di Kabupaten Luwu Utara adalah longsoran akibat gempa tektonik.

Kabid Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami, Daryono, S.Si, M.Si, menyatakan bahwa getaran gempa memang dirasakan beberapa kali di wilayah Kabupaten Luwu Utara.

“Pada tanggal 8 April 2020, ada gempa dengan Magnitude 4,3 dirasakan III MMI. Tanggal 11 April 2020 ada gempa lagi, dengan Magnitude 4,2 dirasakan II MMI. Terakhir itu, tanggal 13 Juni lalu, Magnitude 4,2 dirasakan II MMI,” kata Daryono, Selasa (21/7/2020).

Ia memaparkan bahwa dengan skala intensitas II – III MMI itu termasuk dalam kategori ringan.

“Rasanya hanya seperti truk yang sedang lewat. Sangat ringan dan getarannya tidak mampu memicu terjadinya longsoran,” urainya.

Suasana pembersihan area publik pasca banjir bandang di Luwu Utara yang disampaikan oleh BNPB, Selasa (21/7/2020) – Foto: Ranny Supusepa

Dan hasil monitoring, juga tidak menunjukkan adanya aktivitas gempa di wilayah Luwu Utara saat menjelang terjadinya banjir bandang.

“Sehingga bisa dikatakan bahwa peristiwa banjir bandang itu tidak ada kaitannya dengan longsoran, yang diakibatkan oleh aktivitas gempa tektonik,” ujar Daryono lagi.

Berdasarkan pengukuran hujan yang sampai ke bumi dan estimasi dari satelit cuaca, banjir bandang di Luwu Utara itu disebabkan oleh akumulasi curah hujan.

“Menurut data, beberapa hari sebelum banjir bandang, yaitu sebelum tanggal 13 Juli 2020 tercatat adanya akumulasi curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang turun di wilayah Masamba dan sekitarnya. Terutama di wilayah perbukitan sebelah utara dan timur laut,” papar Daryono.

Lihat juga...