BATAN Sokong Pengembangan Varietas Unggul dengan Iptek Nuklir
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
Program pemuliaan tanaman Indonesia berlanjut pada tahun 1970an, melalui kerja sama penelitian BATAN dengan IAEA untuk mendapatkan varietas padi berkandungan protein tinggi.
“Tapi, karena adanya serangan wereng di hampir seluruh wilayah Indonesia, akhirnya penelitian dialihkan menjadi varietas yang tahan WBC, yaitu varietas Atomita pada 1982. Sejak itu, mulailah penelitian terkait perbaikanyang menghasilkan puluhan varietas hingga saat ini,” paparnya lebih lanjut.
Sobrizal menyebutkan pemilihan pemuliaan tanaman menggunakan mutasi karena memiliki banyak keuntungan.
“Lebih efektif untuk perbaikan beberapa sifat, waktu yang dibutuhkan relatif lebih singkat, dapat memisahkan gen linkage, dapat memunculkan sifat baru dan sangat membantu dalam memperbaiki tanaman tahunan,” ucapnya.
Tapi, tambahnya, sistem pemuliaan tanaman dengan mutasi ini juga memiliki kelemahan, yaitu sifatnya yang acak.
Pada kasus pemuliaan tanaman varietas lokal, maka yang dilakukan adalah berfokus pada sifat tanaman yang diinginkan.
“Misalnya, masa tanam yang pendek dan rasa yang disukai oleh penduduk wilayah tersebut,” ujar Sobrizal.
Ia menyebutkan perlakuan iradiasi bisa diberikan pada biji, mata tunas, gamet, maupun sel tanaman.
“Jadi bergantung pada sistem perkembangbiakan tanaman saja. Bahkan, jika ada lahannya maka bisa diberlakukan iradiasi paa seluruh bagian tanaman dalam lokasi tersebut sepanjang tahun,” urainya lebih lanjut.
Dosis iradiasi yang digunakan adalah dosis dimana frekuensi mutasinya tinggi tapi efek kerusakannya kecil.
“Untuk pemuliaan padi, biasanya kita melakukan pada 10 ribu benih dalam satu dosis, dalam menghasilkan keturunan pertama atau M1. Semuanya akan kita panen, lalu ditanam dengan masing-masing 20 tanaman dan akan dilakukan seleksinya pada keturunan kedua atau M2. Langkah pemurnian, baru akan dilakukan di keturunan selanjutnya, yaitu M3 hingga M7 untuk mendapatkan Galur Murni,” urainya.