Produksi Gula Lokal di Sulsel Hanya Mampu Penuhi Separuh Kebutuhan
MAKASSAR – Sebanyak dua pabrik milik PT Perkebunan Nusantara XIV, yang sudah berproduksi kembali pada Mei 2020, hanya mampu memenuhi separuh dari total kebutuhan konsumsi gula di Sulawesi Selatam (Sulsel).
Di Sulsel, kebutuhan gulanya mencapai rata-rata 14.500 ton per-bulan. “Kondisi ini menyebabkan gula pasir harus didatangkan dari luar Sulsel, di antaranya Jawa bahkan diimpor dari luar negeri,” kata Pelaksana Tugas Kadis Perindag Sulsel, Indra Jaya Saputra, di Makassar, Minggu (31/5/2020).
Masih rendahnya produksi gula lokal itu menyebabkan harga gula di pasaran masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp12.500 per kilogram. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk menormalisasi harga gula pasir di lapangan, PT Makassar Te’ne dipercaya selaku distributor untuk mendatangkan gula dari luar Sulsel. Kemudian mendistribusikan pada pengecer di daerah itu.
Saat ini, harga gula pasir ditingkat pengecer masih bervariasi mulai Rp15 ribu hingga Rp18 ribu per-kg. Sebelum Lebaran atau pemberlakuan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Makassar, harga gula pasir menembus Rp20 ribu per-kg.
Seorang ibu rumah tangga, Subaedah, yang selalu membeli kebutuhan pokok di Pasar Terong, pasar tradisional terbesar di Kota Makassar membenarkan kondisi harga gula tersebut. Dia mengatakan bulan lalu masih menebus gula pasir seharga Rp20 ribu per-kg. “Kini harganya Rp16.500 per-kg, bahkan ada yang menjual Rp15 ribu per kg,” jelasnya. (Ant)