Peneliti: Statistik ‘Rt’ Covid-19 di Indonesia tidak Akurat
Editor: Koko Triarko
JAKARTA – Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS), memandang perlu ada indikator yang tepat untuk menggambarkan kesiapan daerah untuk adopsi new normal, yaitu berdasarkan karakteristik daerah yang menjadi sumber penyebaran Covid-19.
Peneliti IDEAS, Fajri Azhari, mengatakan, pemerintah mengklaim new normal hanya diadopsi oleh daerah dengan angka reproduksi virus (Rt) di bawah 1, yang mengindikasikan tingkat penularan yang telah terkendali, sehingga diyakini tidak akan terjadi lonjakan kasus Covid-19, meski masyarakat melakukan aktivitas secara normal.
Namun, menurutnya statistik Rt di Indonesia tidak akurat terkait rendahnya kualitas data. Karena kapasitas pengujian yang rendah dan waktu pelaporan dari pengujian yang sangat lama.
Kemudian dikombinasikan dengan kemampuan yang rendah dalam identifikasi dan karantina kontak erat dari kasus, membuat estimasi Rt menjadi bias dan cenderung overestimate.
Sehingga, IDEAS memandang perlu adanya indikator yang tepat yang mengambarkan kesiapan daerah untuk mengadopsi new normal.
“IDEAS mengidentifikasi tiga faktor penentu risiko penyebaran Covid-19 Kabupaten-Kota, yaitu interaksi sosial, keterpaparan eksternal dan mobilitas penduduk,” ungkap Fajri dalam rilisnya yang diterima Cendana News, Kamis (11/6/2020).
Dia menjelaskan, faktor penentu pertama, yaitu interaksi sosial, di mana berperan signifikan dalam penyebaran Covid-19, karena mendorong intensitas kontak dan kedekatan fisik antarpenduduk.
Interaksi sosial dengan dua variabel, yaitu kepadatan penduduk dan ukuran populasi suatu wilayah.
Kepadatan penduduk tertinggi didominasi daerah perkotaan, terutama kota-kota besar di Jawa. Sedangkan ukuran populasi tertinggi di dominasi kota besar dan daerah pedesaan penyangga metropolitan, terutama di Jawa.