Peh Cun Dongkrak Penjualan Bunga dan Buah di Teluk Betung
Editor: Koko Triarko
Hasanah menyebut tetap boleh berjualan di pasar tersebut dengan menerapkan protokol kesehatan. Penggunaan masker, cuci tangan memakai sabun pada air mengalir dan jaga jarak selalu wajib diterapkan. Omzet berjualan bunga sejak dua hari cukup lumayan, mencapai ratusan ribu rupiah. Terlebih lokasi berjualan dekat dengan Vihara Thay Hin Bio.
Lukman, pedagang buah di pasar yang sama, menyebut penjualan juga meningkat bersamaan dengan tradisi ba chuan atau peh cun, yang dirayakan dengan sembahyang, terutama oleh etnis Tionghoa. Jenis buah yang kerap dibeli oleh masyarakat di antaranya buah naga, jeruk, apel, kelengkeng dan berbagai jenis buah segar lainnya. Berbagai jenis buah dijual mulai harga Rp8.000 per kilogram.
“Kebutuhan buah sebagian untuk konsumsi harian, namun bagi etnis tertentu jadi sarana pelengkap sembahyang,” cetusnya.
Hengki, salah satu warga memilih berdoa di Vihara Thay Hin Bio di Jalan Ikan Bawal No. 35, Teluk Betung. Sembahyang di Vihara, menurutnya menjadi pilihan saat tradisi ba chuan bagi etnis Tionghoa. Pada saat kondisi normal, ia kerap berkunjung ke kerabatnya di Palembang, Sumatra Selatan. Sebab, di sungai Musi kerap digelar kegiatan lomba perahu naga.
“Saat ini karena masih saat masa pandemi Covid-19, sejumlah acara keramaian dihentikan sehingga saya pilih sembahyang di vihara,” cetusnya.
Sebelum sembahyang di Vihara, ia membawa bunga dan buah. Bunga dan buah menjadi bentuk penghormatan bagi dewa dan leluhur. Ia juga menyalakan lilin, simbol penerangan, keselamatan untuk menjalani kehidupan. Selain di Vihara, ia tetap melakukan sembahyang di rumah untuk leluhur.