Hilangnya Budaya Membaca Buku Karena Perubahan Gaya Hidup

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

“Mahasiswa, dari S1 sampai S3, yang mau belain baca buku terkait dengan disiplin ilmunya, saya pernah baca itu dikit banget. Padahal buku-buku dari perpustakaan atau bahkan fotokopi, sangat terjangkau. Alasannya duit mepet? Lha tapi nongkrong di kafe yang sekali nongkrong puluhan ribu, main game, etc, tetap sikat,” tandasnya.

Ia mengungkapkan kemungkinan faktor yang mempengaruhi adalah adanya alternatif dari membaca yang lebih menarik, yang lebih ‘less mikir’.

“Nonton, misalnya. Dulu kalau mau nonton film, kudu di bioskop karena TV masih terbatas banget. Kudu bayar lumayan waktu itu. Seminggu sekali saja udah hebat. Sekarang mau nonton tinggal buka Netflix, buka TV kabel, buka Youtube, etc. Udah banyak banget,” paparnya.

Nonton itu relatif memerlukan “mikir” jauh lebih sedikit daripada membaca yang membutuhkan upaya mengimajinasikan apa yang sedang dibaca. Sementara, menonton hanya tinggal menerima apa saja yang disajikan.

“Terus belakangan pula, berbagai sosmed yang memang sejalan dengan masyarakat kita yang senang bersosialisasi. Akhirnya, membaca semakin menghilang. Membaca jadi kalah asyik,” pungkasnya.

Lihat juga...