Hilangnya Budaya Membaca Buku Karena Perubahan Gaya Hidup
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Karena itu, Syarif mengajak semua pihak untuk mengembalikan anak-anak Indonesia ke tradisi membaca buku.
“Karena membaca buku, bukan hanya menambah pengetahuan dan wawasan mereka. Tapi mampu menyelamatkan masa depan mereka untuk menjadi lebih baik. Anak-anak yang tidak tergilas zaman. Anak-anak yang mampu bertahan hidup sesuai dengan alam pikiran dan potensi yang dimilikinya,” ujarnya.
Salah satu upaya untuk menumbuhkan tradisi baca dan budaya literasi anak-anak adalah memperbanyak taman bacaan masyarakat (TBM).
“Di samping untuk memberikan kemudahan akses bacaan, TBM pun dapat menjadi sarana untuk menumbuhkan perilaku membaca buku anak secara konkret. Bahkan TBM pun mampu menjadi sentra kreativitas dan kegiatan anak-anak yang positif. Sebagai penyeimbang kegiatan main, main gawai atau hanya menonton TV,” ujar Syarif lagi.
Salah seorang staf perusahaan susu ternama Indonesia yang berlokasi di Jakarta, Immanuel Sembiring menyatakan memang minat baca anak Indonesia saat ini sangat kurang.

“Ini bukan berdasarkan riset ya, hanya apa yang disimpulkan dari apa yang terlihat sekarang,” kata Noel, demikian ia akrab disapa.
Ia menyatakan bahwa harga buku yang mahal bukanlah alasan mengapa buku jarang diminati oleh anak-anak maupun kalangan remaja dan dewasa.
“Malas membaca ini bukan hanya pada kalangan masyarakat ekonomi lemah saja, tapi di kalangan masyarakat ekonomi mapan juga ditemukan,” ujarnya.
Ia memaparkan bagaimana masyarakat lebih rela untuk membeli minuman harga ratusan ribu tapi enggan membeli buku dengan harga yang sama hanya sebulan sekali.