Menikmati Puncak Hujan Meteor Eta Aquarid
Editor: Makmun Hidayat
JAKARTA — Hujan meteor Eta Aquarid memiliki rentang cukup panjang, yaitu antara 19 April hingga 28 Mei 2020. Tapi puncaknya terjadi antara 6-7 Mei. Tapi sayangnya, karena bertepatan dengan fase bulan purnama, keterangan saat pengamatan menjadi terhambat.
Astronom Planetarium dan Observatorium Jakarta (POJ) Widya Sawitar menyatakan hujan meteor Eta Aquarid ini berkaitan dengan komet Halley.
“Hujan meteor ini terjadi karena Bumi memasuki lintasan komet Halley. Sehingga ada serpihan komet yang tertinggal dan memasuki wilayah atmosfer Bumi. Karena gesekan maka terlihat bercahaya,” kata Widya saat dihubungi, Kamis (7/5/2020).

Ia menyatakan hujan meteor ini cukup terang dan rata-rata pada puncak penampilannya dapat terlihat hingga 20 meteor per jam dengan kecepatan rata-rata dapat mencapai 66 km per detik.
“Penamaannya diberikan setelah pengamatan yang cukup lama, di mana titik radiannya diketahui dekat bintang Eta Aquarii,” ujarnya.
Saat terbaik melihat, menurutnya, adalah lewat tengah malam hingga waktu Subuh.
“Tentu saja ada beberapa syarat dalam kegiatan observasi meteor yang harus diperhatikan seperti tingkat polusi udara dan cahaya, hadirnya Bulan,” tandasnya.
Staf Astronomi POJ Mohammad Rayhan yang melakukan pengamatan pada tanggal 6 Mei 2020, menyatakan bahwa pengamatan hujan meteor Eta Aquarid ini terhalang oleh cahaya bulan purnama.
“Sayangnya Eta Aquarid tahun ini bertepatan dengan bulan purnama jadi akan mengurangi penampakan meteor secara drastis,” katanya saat dihubungi.