Budi Daya Indigofera untuk Pewarna Biru Alami Batik
Editor: Mahadeva
SEMARANG – Indigofera atau nila, merupakan tanaman penghasil warna biru alami. Zat pewarna tersebut biasa dipakai untuk pakaian, terutama digunakan untuk pewarna batik atau tenun ikat tradisional.
Namun, masih belum perajin batik yang memanfaatkannya. Selain keterbatasan bahan baku, pengolahan tanaman tersebut menjadi pewarna juga masih terkendala. “Pewarna, menjadi salah satu elemen penting untuk menciptakan karya seni batik. Selama ini, untuk memenuhi kebutuhan warna, perajin batik lebih memilih menggunakan pewarna buatan. Padahal ada banyak pewarna alami yang bisa digunakan, salah satunya indigofera atau nila,” papar dosen Universitas Negeri Semarang (Unnes), Dr Ning Setiati MSi, Senin (11/5/2020).
Hal tersebut mendorong Unnes membentuk Tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM), membudidayakan tanaman indigofera. Kegiatan dilakukan bersama kelompok tani Gunungpati 03, kampung Alam Malon, dan kelompok Tani Gunungpati 02 Desa Nglarang Kelurahan Gunungpati.
Di atas lahan eks bengkok desa, budi daya tersebut dilakukan. “Kita menggandeng kelompok tani mitra, untuk memulai menanam indigofera di lahan yang belum dimanfaatkan. Harapannya, hasil ini dapat digunakan untuk memenuhi sebagian kebutuhan warna alami batik,” tandasnya.
Hasil dari budi daya tersebut kemudian dimanfaatkan para perajin batik yang ada di Gunungpati dan daerah lainnya. “Kampung Alam Malon Gunungpati ini sudah ditetapkan sebagai kampung tematik, Kampung Batik. Sebelumnya, para perajin di daerah tersebut menghadapi persoalan pewarna alami batik, terutama dari tanaman indigofera, sehingga harus mendatangkan dari luar kampung Malon,” tandasnya.