‘Ampiang Dadiah’ Sajian Paling Pas Saat Berbuka Puasa

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

PADANG – Bertepatan pada saat Ramadan ini, kuliner-kuliner tradisional khas Minangkabau  banyak bermunculan, dan menjadi takjil yang dicari-cari oleh masyarakat. Dibandingkan hari biasanya, hanya sabagian saja kuliner tradisional yang bisa ditemui di pasaran.

Kali ini, ada kuliner tradisional yang ternyata paling mudah ditemukan di momen Ramadan, dan hampir bisa dikatakan sulit ditemukan pada hari-hari biasanya, yakni Ampiang Dadiah atau disebut juga dalam bahasa modern yoghurt tradisional Minangkabau.

Ampiang Dadiah ini merupakan kudapan dengan rasa manis yang paling dominan. Karena rasa manisnya itu, yang membuat Ampiang Dadiah menjadi menu berbuka bagi masyarakat di Sumatera Barat.

Lalu, sebenarnya apa itu Ampiang Dadiah, Nova, pedagang Ampiang Dadiah di Padang, menjelaskan, kuliner tradisional ini merupakan hasil dari kombinasi Ampiang (emping) yang terbuat dari beras ketan dengan dadiah.

Nova penjual Ampiang Dadiah di Padang yang kini menuai hasil di momen Ramadan, Sabtu (16/5/2020)/Foto: M. Noli Hendra

Kuliner ini bisa dikatakan merupakan kuliner yang sudah ada sejak zaman dulu. Karena memang, masyarakat Minangkabau terkenal dengan rasa makanan yang manis, menggunakan santan, dan bumbu-bumbu yang benar-benar alami alias tanpa pengawet.

Ampiang Dadiah ini sebenarnya yang membedakan dengan bubur yakni ampiang-nya. Karena jika dilihat sekilas, Ampiang Dadiah memang mirip bubur sumsum. Akan tetapi bila dua kuliner dicicipi secara bersamaan, maka rasanya akan jauh berbeda,” katanya, Sabtu (16/5/2020).

Sementara untuk dadiah, merupakan fermentasi dari susu kerbau. Sebenarnya untuk dadiah ada dijual terpisah oleh masyarakat yang ada di Padang Panjang, Bukittinggi, Limapuluh Kota, dan daerah lainnya arah utara Sumatera Barat.

Lihat juga...