PRESIDEN SOEHARTO PILIH BANGUN PABRIK PUPUK SENDIRI DEMI SUKSESKAN PERTANIAN DAN ABAIKAN IMBAUAN IMF
Demi meningkatkan kualitas hidup rakyat Indonesia, Pemerintahan Orde Baru selalu memprioritaskan peningkatan di berbagai bidang, salah satunya meningkatkan produktivitas di bidang pertanian. Selain menerapkan panca usaha tani, Pemerintahan Presiden Soeharto juga memilih membangun pabrik pupuk sendiri dan mengabaikan arahan the International Monetary Fund (IMF) dan bank dunia.
“Pabrik pupuk yang dibangun menjadi salah satu rahasia kenapa Indonesia mampu mencapai swasembada beras,” sebut Pak Harto dalam Temu Wicara dengan Sesko ABRI di Tapos, 24 Desember 1995.
Pak Harto menjelaskan, awal pembangunan pabrik, Indonesia sudah bisa memproduksi 100.000 ton dan meningkat terus hingga mencapai 6 juta Ton. Hal tersebut karena didukung karena ketersediaan bahan baku yang cukup di Indonesia.
“Kenapa kita bisa memproduksi pupuk, karena bahan bakunya ada,” sebut Bapak Pembangunan.
Keputusan untuk membangun pabrik tersebut ditentang Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia. Mereka lebih menyarankan Indonesia untuk mengimpor pupuk. Alasan Bank Dunia karena pupuk di pasaran sudah ada, sedangkan rakyat Indonesia diragukan kemampuannya dalam menyerap teknologi, karena pendidikannya diklaim masih rendah.
Mereka mengambil contoh seperti India yang lebih dulu membangun pabrik pupuk, bahkan dengan pendidikan tinggi dan lebih maju tidak bisa sukses dalam pabrik pupuk.
“Saya mengatakan, barang kali India demikian. Akibat penjajahan, rakyat Indonesia pendidikannya mungkin belum tinggi, tapi bukan berarti bodoh. Yang utama adalah caranya, kalau hanya menerapkan dengan teori mungkin tidak akan bisa, tapi jika diberikan contoh mereka akan meniru dengan cepat,” sebut Pak Harto.