Masyarakat Perlu Pemahaman Krisis Covid-19

Ilustrasi -Ant

JAKARTA – Sosiolog, Rissalwan Habdy Lubis, S.Sos., M.Si., mengatakan, masih adanya masyarakat yang belum menjalankan protokol Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran Covid-19, disebabkan belum memiliki “sense of crisis” atau pemahaman akan krisis.

“Bagi orang yang punya kesadaran tinggi dia akan tetap menjalankan protokol menjaga jarak dan akan berjalan terus. Permasalahan lainnya adalah apakah pengetahuan publik tentang krisis dibangun atau tidak?” kata staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia (Fisip UI) itu, ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (28/4/2020).

Membangun kesadaran dan pemahaman publik akan krisis yang sedang terjadi, kata dia, perlu terus dilakukan pemerintah untuk menyadarkan masyarakat akan bahaya penyakit yang disebabkan virus Corona jenis baru itu.

Menurut dia, pemerintah masih belum bisa mengkomunikasikan secara luas pemahaman akan krisis dan dampak dari pandemi Covid-19 kepada masyarakat secara keseluruhan.

Karena itu, menurut Rissalwan, perubahan sikap sosial tidak akan terjadi secara masif di masyarakat, terutama yang berada di akar rumput.

Bagi masyarakat dengan literasi yang lebih tinggi, kata dia, kemungkinan masih akan melanjutkan gaya hidup saat pandemi seperti menggunakan masker dan menjaga jarak di tempat umum, saat pemerintah menyatakan sudah boleh beraktivitas seperti biasa.

Tapi, menurut dia, hal itu mungkin saja tidak atau belum terjadi kepada masyarakat kebanyakan.

“Orang saat ini belum memiliki ‘sense of crisis’ (pemahaman krisis). Kalaupun misalnya mereka diperingatkan oleh petugas, mereka akan menuruti saat itu tapi akan kembali melakukannya lagi karena masih tidak paham akan risiko terkena Covid-19,” kata Rissalwan Habdy Lubis.

Lihat juga...